Rabu, 03 Oktober 2012

ANALISA TAWURAN ANTAR PELAJAR



Oleh : M. Haiqal Arifianto

Sekolah menjadi bagian dari struktur sosial karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang pada kenyataan empirisnya terdapat banyak fungsi yang ditimbulkan dari lembaga tersebut. Pada sejarahnya sekolah banyak melahirkan insan yang mengangkat harkat dan martabat bangsanya. Sekolah menjadi lembaga yang masih dipertahahkan sampai saat ini karena lembaga
tersebut masih banyak menghasilkan fungsi bagi setiap individu.
Namun pada kenyataan empiris terdapat sisi disfungsi dari lembaga tersebut. Pada akhir-akhir ini terdapat suatu fenomena sosial yang menghebohkan dari lembaga pendidikan. Media massa mengangkat peristiwa tawuran yang dilakukan oleh siswa dari SMA 6 dan SMA 70 dan akibat dari tawuran tersebut terdapat korban jiwa yang tentu saja menjadi permasalahan sosial. Tawuran itu sendiri memang tidak hanya terjadi saat ini melainkan sudah berlangsung lama dan bisa dikatakan menjadi ritual dari siswa karna terjadi secara kontinuitas.
Dari peristiwa tersebut saya mencoba menganalisa dengan beberapa pertanyaan mendasar menyangkut fenomena tawuran tersebut,bagaimana tawuran itu bisa terjadi di kalangan pelajar? Siapa actor dibalik terjadinya fenomena tawuran? Lalu upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah dan keluarga untuk mencegah terjadinya tawuran?.....
Pada dasarnya tawuran pelajar itu terjadi karena beberapa factor; pertama, timbulnya solidaritas dari siswa dengan kuat apabila siswa melakukan tawuran , kedua, sekolah dianggap hebat ketika memenangkan peperangan antar sekolah dan mempecundangi sekolah yang kalah, ketiga, ruang ekspresi yang terbatas dari lingkup sekolah, keluarga, maupun lingkungan. Setidaknya dari factor dasar tersebut dapat pula memicu terjadinya tawuran antar sekolah.
Pada pertanyaan kedua ini terlihat menjadi pemicu kuat dari terjadinya tawuran antar pelajar, dan pada nyatanya terdapat pula aktor dibaliknya, diantaranya para alumni dan senior dari sekolah tersebut yang ingin melanggengkan tradisi ini. Para alumni dan senior dari sekolah tersebut seolah tidak mau menghilangkan tradisi tersebut. Proses regenerasi yang menyesatkan ini yang seharusnya dihilangkan dengan tindak tegas yang seharusnya memberikan pemahaman kepada siswa untuk menhiraukan ajakan senior yang menyesatkan.
Pertanyaan selanjutnya seharusnya menjadi koreksi pihak sekolah dan keluarga siswa, walaupun sudah terdapat kerjasama diantara keduanya yang berlangsung di sekolah-sekolah namun nyatanya fungsi itu kurang berkontribusi bagi siswa. Pengawasan sekolah tingkat atas seharusnya lebih kuat dari perguruan tinggi. Pasalnya banyak siswa yang kurang mendapatkan perhatian untuk siswa yang kurang berprestasi sehingga siswa tersebut merasa terpinggirkan (alienasi). Inilah yang seharusnya menjadi perhatian untuk tidak ada unsure diskriminasi bagi siswa.
Dari peristiwa tersebut saya memasukkan beberapa teori dari berbagai tokoh, diantaranya Rafl Dahrendorf yang mengungkapkan adanya kelompok semu dan kelompok kepentingan dari setiap adanya konflik. Kelompok ini mempunyai otoritas dan kepentingan tersediri, seperti para  selanjutnya saya memasukkan ungkapan lewis coser yang mengungkapkan bahwa Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Ini juga menjadi acuan dari peristiwa tawuran yang melanggengkan kelompok dengan cara tawuran.
Juga tidak lupa memasukkan teori Merton mengenai sisi fungsi dan dan disfungsi dari setiap lembaga. Terlihat bahwa sekolah memang mempunyai banyak fungsi untuk masyarakat, tetapi juga terdapat sisi disfungsi dari sekolah dengan terjadinya peristiwa tawuran pelajar tersebut . memang ini menjadi fungsi yang tidak diinginkan dari sekolah namun inilah konsekuensi dari lembaga sosial yang tidak dapat diprediksi selalu menimbulkan fungsi positif.
Diakhir penulisan ini saya mempunyai solusi untuk membaiknya lembaga pendidikan dan mencegah terjadinya tawuran:
1.    Perlunya pendidikan moral dari sekolah dengan menanamkan nilai-nilai agama.
2.    Memberikan perhatian lebih pada siswa (berprestasi maupun tidak)
3.    Memberikan reward dari segala kebaikan.
4.    Menjalin relasi antar sekolah.
5.    Memperkuat jaringan antara sekolah dan keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar