Senin, 01 Oktober 2012

Realitas Sosial Pilkada Jakarta



Oleh : Haiqal

Pilkada Jakarta terlihat sengit ketika jelas menunjukkan pemilihan daerah di Jakarta masuk pada putaran kedua. Memang sulit jika pilkada Jakarta dilakukan dengan satu putaran jika ada enam calon yang bertarung dalam pilkada Jakarta. Masuklah pemilihan ini pada dua putaran yang menjadi pertarungan yang semakin sengit antara fauzi bowo dan jokowi yang lebih unggul dari empat calon lainnya. masuk pada putaran kedua diantara kedua calon ini lebih mengencangkan kampanyenya,
fauzi bowo dengan jargon kumis dan jokowi dengan jargon kotak-kotak. Banyak perdebatan dari kampanye kedua calon terutama dengan isu SARA yang diangkat media.
Menanggapi hasil pemilihan dan perkiraan pemenang pilkada yang dilakukan quick qount dari berbagai lembaga survey terlihat jokowi lebih unggul dari fauzi bowo. Entah valid ataupun tidak hasil ini seakan menunjukkan kehebatan jokowi dari berbagai aspek. Terlihat fauzi bowo yang banyak didukung oleh banyak partai dibanding dukangan partai pada jokowi justru tidak pula mendongkrak suara foke. Ini menunjukkan pada kita bahwa dukungan partai masih kalah dengan suara rakyat yang mungkin sudah acuh terhadap partai politik yang lebih sering memperlihatkan keburukan dalam berpolitik.
Berbagai kalangan menyatakan bahwa masyarakat Jakarta membutuhkan perubahan di kota Jakarta yang semakin carut marut bagi sebagian golongan dengan munculnya modernisasi yang memperkuat kapitalisme di tubuh ibu kota.
Tulisan ini bukanlah upaya mendukung atau menaikkan pamor salah satu calon tetapi suatu ikhtiar untuk mencoba menganalisa fenomena yang terjadi. Merujuk dari pandangan Durkheim tentang pentingnya sosialisme, nampaknya calon dari PDIP paham betul dengan pentingnya sosialisasi. Terbukti dengan berhasilnya untuk memobilisasi masa.
Disisi lain masyarakat masih banyak pula yang menggunakan rasional choice untuk memilih yang akan menjadi pemimpinnya kelak. merujuk dari pengalaman survey pada pemilih mereka juga masih mendapat arahan  dari kalangan ulama yang membimbing mereka menentukan pilihannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar