Oleh : M. Haiqal
Arifianto
“ Berikan aku sepuluh pemuda yang mencintai bangsanya maka akan ku ubah
dunia “ (soekarno)
Kata-kata dari presiden
pertama republik Indonesia seakan menjadi sebuah prestise bagi pemuda akan
kemampuan dan daya kreativitas yang bisa mengangkat kemajuan suatu kaum. Betapa
berharganya pemuda dengan gairahnya yang menggebu untuk sebuah keinginan. Tak
dapat dipungkiri harus pula pengarahan untuk setiap keinginannya menuju
kebaikan.
Namun apa jadinya ketika setiap keingintahuan melenceng dari hal yang
seharusnya dilakukan oleh pemuda untuk sebuah kemajuan.
Melihat realitasnya
sekarang saya tertarik mengangkat fenomena budaya pop yang kini melekat pada
diri pemuda. Memang tidak salah dengan yang di tampilkan budaya pop. Namun gaya
dan lirik dari budaya pop tersebut seakan membuat kepada tradisi yang lunak
tidak sesuai dengan karakter pemuda yang begitu menggebu.
Lirik yang sering
dimunculkan pada music pop terlalu mengarah kepada masalah cinta. Secara
fundamental lirik semacam ini memang mudah dipahami dengan sekali mendengarnya.
Tidak salah memang, tapi lebih mengarahkan pendengarnya terutama para pemuda
yang banyak menggemari menjadi karakteristik yang gemulai dan lebih sering
dibuat galau. Lalu bagaimana pemuda untuk mengembangkan kreativitasnya bila
lebih sering dihadapkan pada kegalauan ?..
Hal yang menjadi
pendukung lirik ini berada pada orang yang membawakan lagu pop terlihat
menampilkan watak yang feminimis. Wajar saja ketika watak feminis ini dibawakan
oleh kaum hawa namun apa jadinya ketika watak ini dibawakan oleh para
lelakinya. Ini menjadi pengaruh bagi para peminatnya.
Merujuk pada teori dari
Emile Durkheim yang melihat masyarakat terdapat dalam sebagian partikel kecil
dari fakta sosial. Jelas terlihat dalam fenomena ini para pemuda terkonstruksi
sosial oleh pembawaan budaya pop.
Watak pemuda haruslah
dikembalikan pada kodratnya sebagai agen perubahan dengan daya kreativitas yang
tinggi, dan jiwa yang haus akan keilmuan. Itulah yang kini yang diidamkan oleh
bangsa ini yang sudah lama memimpikan pemuda sebagai agen perubahan. Lalu masih
patutkah kita galau dengan pembawaan music pop ?...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar