Oleh : M. Haiqal
Arifianto
BAB
I.
Para ahli antropologi menjadi orang yang serba tahu
tentang segala-galanya tentang ilmu-ilmu, mempelajari sesuatu tentang ekonomi,
kehidupan keluarga dan agama suku-suku bangsa yang di pelajarinya. dari
kenyataan ini dan dari kekecilan, konsistensi yang menyenangkan dari komunitas
primitif, mengembangkan watak untuk memaparkan segala hal tentang suatu cara
hidup. Sementara mereka yang mempelajari masyarakat-masyarakat berbudaya sadar
ternyata mempelajari sekelumit dari suatu keseluruhan yang besar, perkampungan
miskin kota, kejahatan, pola pemukiman,
pemasaran desa. para ahli antropologi memaparkan
segala-galanya tentang suatu
keseluruhan yang sangat kecil tersebut. Keseluruhan-keseluruhan yang kecil ini
menunjukkan dirinya sebagai bagian-bagian yang terikat ketat satu sama lain,
sedemikian rupa memegang satu bagian pada titik tertentu, sehingga seseorang
merasa terpaksa juga untuk membahas bagian besar lainnya. bila di fahami
sebagai kebudayaan, masyarakat primitif dilihat sebagai adat istiadat dan
lembaga-lembaga di dalam suatu pola kehidupan yang unik.
Kini sudah biasa bagi antropologi untuk mempelajari
suatu masyarakat yang berhubungan dengan atau yang menjadi bagian dari suatu
sivilisasi atau negara kebangsaan. salah satunya buku yang di tulis oleh
seorang antropolog prancis membandingkan sebuah desa perancis dengan sebuah
desa di Utah. Ahli antropologi tidak lagi mempelajari masyarakat primitif
terasing, tidak hanya mengarahkan pandangannya terhadap masyarakat-masyarakat
yang membentuk sistem alamiah yang utuh, dan tidak lagi bekerja sendirian.
kebiasaan kerjanya sedang mengalami perubahan mendalam karena adanya ekspansi
cakrawala pokok masalahnya yang tiba-tiba dan meluas.
Para antropolog
pernah mempelajari petani-petani cina, timur tengah, dan terutama di
india. di dalam tiap kasus para peneliti melihat masyarakat kecilyang bukan
terasing, yang tidak saja mempunyai hubungan kesampingakan tetapijuga hubungan
dari atas ke bawah dengan anggota suku-suku yang lebih primitif, di satu pihak,
dan dengan kota dan kota besar di pihak lain. Di beberapa tempat hubungan dua
arah tersebut adalah logis dan memang ada. di sebagian Amerika latin dan India
kaum petani benar-benar mempunyai hubungan dengan orang-orang kota, di satu
pihak dan juga dengan orang orang yang lebih primitif yang belum menjadi
petani. dalam setiap kasus hubungan logis pengantara hubungan petani dari atas
ke bawah dapat di kenal dan kadang-kadang di kenal juga oleh para antropolog.
Masyarakat dan kebudayaan petani mempunyai sesuatu
yang umum tentang hal itu. ini adalah sejenis pengaturan kemanusiaan dengan
persamaan di seluruh dunia. Memasukkan pemburu nelayan dan penggembala dalm
perbandingan akibat hubungan desa kota dibanding keterikatan petani agraria
dengan tanahnya . akan tetapi tidak bisa melakukan segalanya dengan
serentak. Pertanian adalah suatu mata
pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan suatu cara kehidupan, dapat di
katakan bahwa petani petani mengerjakan pertanian untuk penenanaman modal
kembali dan usaha, dengan sudut pandang tanah sebagai modal dan komoditi.
seorang melihat petani sebagai seorang yang mengendalikan secara efektif
sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi
dan perasaan.
Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal ,
suatu kerangka hubungan yang telah berdiri lama. cara berfikir seperti ini
tidaklah menuntut petani agar dia memiliki tanah atau jenis-jenis penguasaan
tanah tertentu atau bentuk-bentuk hubungan institusional tertentu dengan kaum
bangsawan atau orang kota. Orang-orang desa di amerika latin secara sangat umum
di bagi dlam datu jenis atau dua jenis, entah mereka adalah petani-petani eropa
tang dimasukkan disana atau orang indian dalam suatu hubungan yang
diperkembangkan secarra tidak kengakap oleh elite kota.
Para petani di dalam peradaban tua pribumi
sepenuhnya seperti yang si katakan kroeber : sebagian masyarakat dengan
sebagian kebudayaan. mereka adalah dimensi rural daripada kehidupan berbudaya
yang biasa. Perbedaan yang sama antara orang desa yang lebih bersifat petani
dan orang desa dengan hubungan budaya yang tidak lengkap dengan elitenya
munculdalam sejarah eropa dan asia.
BAB
II
Dalam mempelajari masyarakat primitive sebagai
struktur social, para antropolog melihat pada jenis-jenis peranan dengan
status-status yang menyertainya, yang diakui tradisi di dalam komunitas.
Komunitas dianggap sebagai susunan berbagai peranan yang langgeng dan penting
ini dan hubungan-hubungan konvensional diantaranya. Bila komunitas ini secara
relative kompak dan terasing, para peneliti mendapatkan peranan dan
hubungan-hubungan ini di dalam kelompok, pemukiman, atau suku yang di
pelajarinya.
Dalam masyarakat primitive, kekerabatanlah yang
sebagian memberikan sumbangan kepada kwalitas jaringan. Di beberapa di
antaranya ada sejenis ketelatenan dan kekerabatan yang memungkinkannya meluas
kepinggir komunitas local untuk memasukkan individu-individu yang baru saja
ditemukan. Masyarakat petani sebagaimana dalam masyarakat primitive, kebanyakan
mata rantai adalah kekerabatan, akan tetapi mata jalannya lebih lebar dan lebih
longgar. Orang yang lebih primitive adalah orang yang kelihatannya akan
memasuki industry modern dila industry tersebut didirikan di daerahnya. Kum
tani yang memiliki tanah, dengan suatu cara hidup yang sudah ada dalam
penyesuaian yang mantap dengan berbagai aspek kebudayaan, lebih berikap melawan
indutrialisasi.[1]
Masyarakat-masyarakat dimana orang-orang desa secara
jelas masih bersifat petani, maka medan social yang berbasis teritirial atau
system, menyatukan kehidupan local dan kehidupan system feodal atau Negara, dan
didalam masyarakat petani kedua bagian tersebut dibedakan secara jelas.
Didasarkan serentetan unit-unit terdiri dari orang-orang yang berhubungan
secara personal dan formal satu sama lain, disana hubungan kekerabatan dan ketetanggaan
adalah hubungan yang lebih menguasai. Di puncak rentetan tersebut adalah
orang-orang yang berada dalam hubungan
impersonal dan formal satu sama lain. Sebagai suatu system hubungan social yang disusun secara hirarkis ,
masyarakat petani adalah dua paruhan yang berhubungan.
Di Bremnes (Norwegia), meskipun untuk sebagian besar
orang-orang tidak lagi petanikehidupan local yang ditata secar teritoriallah yang
memberikan masyarakat tersebut stabilitas. “Bidang-bidang yang sama diolah dari
tahun ke tahun, tanah baru lambat launnya hanya di olah, sebagian besar orang
tetap hidup dalam rumah yang sama dan mengolah tanah yang sama dari tahun ke
tahun.[2] Di pedesaan India, di dalam masyarakat dan
pembagian kerja yang besar, kebanyakan pertukaran pelayanan termasuk dalam
status turun temurun dalam berbentuk kasta.
Di kota para petani menjadi penonton, di berbicara
terutama dengan petani yang lain. Demikian dalam hal ini pun dunia petani dan
dunia kota terpisah, meskipun dalam kenyataannya berhubungan. Di desa petani
kehidupan komersial dan kehidupan pertanian bisa sangat berbeda dalam pola
berfikir dan pola berperilaku.
Setiap masyarakat petani merupakan bidang kegiatan
ekonomi tertentu yang sampai ke tingkat tertentu terpisah dari kesatuan
kegiatan yang kuat terikat yang merupakn ciri khas masyarakat primitive
terasing, medan ekonomi akhirnya mempunyai status analisis yang berbeda. Mereka
yang mempelajari sosiologi pedesaan dan ekonomi pedesaan melukiskan
wilayah-wilayah tempat salah datu jenis barang di jual dan wilayah-wilayah yang
menarik pembeli yang datang ke pusat penjualan dan distribusi.
Ada dua belahan manusia yang membentuk seluruh
masyarakat, yaitu kaum tani dan kaum elite yang lebih urban. Kedua jenis orang
ini saling melihat kepada yang lain, di salam sambungan dalam masyarakat secara
keseluruhan, dan memiliki sikap satu sama lain, yang melengkapi yang lainnya.
Hubungan antara kedua jenis orang tersebut membatasi status relative yang satu
terhadap yang lain. Jenis orang yang lebih rendah dalam hal tertentu, mengakui
otoritas politik dari yang lain dan juga panduannya di dalam bidang moral.
Struktur social kaum tani dan masyarakat-masyarakat
yang menyerupai petani meliputi hubungan pengaruh cultural dan contoh antara
belahan elite dan belahan petani dari dari seluruh system social yang lebih
besar. Tidak tepat ketika melukiskan hubungan ini hanya sebagai hubungan antara
penguasa dengan yang dikuasai atau penghisap dan yang di hisap, meskipun unsure
ini kelihatanya ada. Mereka yang mempelajarinya juga ingin melukiskan prestise
dan penghinaan, rasa superiorotas atau inferioritas, dan contoh-contoh
keistimewaan yang harus di samai atau kerendahan yang harus di hindari yang
bias saja ada di dalam hubungan antara petani dan elite.
Komunitas primitive terasing tampak bagi orang yang
mempelajari struktur social sebagai suatu system yang lebih sederhana dan
kecil. Disana hubungan social adalah kompak, setara, dan sebagian besar
personal. Dengan pertumbuhan dan kebudayaan hubungan social meluaskan dirinya
keluar komunitas setempat, kehilangan banyak kongruensinya dan mengembangkan
banyak ragam hubungan impersonal dan
formal.
BAB III
Kebudayaan masyarakat petani, adalah otonom. Itulah
aspek peradaban yang merupakan satu bagian. Jika dilihat sebagai suatu system
sinkronik, maka kebudayaan petani tidak bias sepenuhnya dipahami dari apa yang
berlangsung di dalam pikiran orang-orang desa sendiri. Desa petani mengundang
untuk mengikuti jakur interaksi yang panjang antara komunitas tersebut dan
pusat-pusat peradaban. Kebudayaan petani bersifat nyata.
Goerge Foster mengatakan bahwa salah satu dari
perbedaan yang paling jelas antara masyarakat yang benar-benar primitive dan
masyarakat jelata (petani) adalah bahwa yang disebut terakhir, selama
berates-ratus tahun lamanya, telah mempunyai kontak yang konstan dengan
pusat-pusat pemikiran intelektual dan kemajuan.
Keyakinan agama local dan upacara sama atau berbeda
dengan keyakinan dan ritual kebudayaan hierarki religious yang dengan itu
orang-orang desa berkomunikasi melalui imam-imamnya, guru-gurunya atau
pengalaman-pengalaman dalam perjalanan. Akan tetapi prosedur untuk membuat
laporan dan analisa komunikasi ini dan akibat-akibatnya, baik dalam menopang
kebudayaan local atau dalam sumbangannya terhadap sejarah dan modifikasinya dan
efeknya terhadap tradisi besar, masih harus di perkembangkan lagi.
Interaksi antara tradisi-tradisi besar dan kecil
bias dilihat sebagai bagian dari struktur social komunitas petani dalam konteks
yang di perbesar.dalam mempelajari masyarakat primitive dalam kemandiriannya
yang khas , otonomi kemasyarakatan dan kulturalnya hamper tidak memperhatikan
struktur tradisi. Secara dangat sederhan dalam beberapa imam, anggota komunitas
kecil, sangat serupa dengan orang lain di dalamnya. Di dalam masyarakat
primitive dan pra-literate tidak banyak di ketahui tentang sejarah kebudayaannya.
Struktur tradisi dalam kalangan Zuni purba dilihat sebagi suatu divisi dari
fungsi dalam komunitastribal dan dilihat sebagai sesuatu yang sekarang masih
berjalan, bukanlah sebagai sejarah.
Kaum antropolog yang mempelajari salah satu dari
masyarakat kecil ini mendapatkannya sebagai sama sekali tidak otonomdan
akhirnya melaporkan dan menganalisanya dalam hubungannya, secara kemasyarakatan
dan cultural, dengan Negara dan peradaban.
BAB
IV
Kaum tani adalah sejenis manusia yang diperkuat bila
dalam tulisan latin abad ke empat orang mendapatkan suatu lukisan tentang kaum
tani pada masa dan tempat itu yang bias di gantikan dengan kata-kata handlin
tentang petani lain dan pada masa yang lebih mutakhir. Hidup satu kaum tani
tertentu akan terdapat mempunyai kesamaan-kesamaan dengan kaum tani lainnya,
akan tetapi tidak senantiasa pada titik kesamaan yang sama. Tekanan petani
terhadap kerajinan petani adalah kebajikan utama dan menganjurkan bahwa tekanan
ini didukung oleh tiga pertimbangan utama : keamanan, rasa hormat, dan rasa
religious yang sudah di catat. Petani yang menekankan pekerjaan diladang
sebagai kebajikan memilik cukup tanah dan keamanan sehingga pekerjaan
pertanian, dalam kenyataannya membangun suatu kehidupan yang bermartabat.
Historis dan ecological ekonomis bagi sikap petani
terhadap tanah dan kerja berlaku dengan titik berat dan efek yang berbeda dalam
wilayah yang berlainan di dunia ini. Adanya perbedaan-perbedaan regional dalam
sikap tradisional yang berlaku dalam perkembangan sejarah yang khusus dalam
wilayah tersebut, lebih baik untuk memberikan cirri-ciri khas nilai-nilai
petani di kawasan tertentu dan saat tertentu.
Kaum tani menjadi factor yang konservatif dalam
perubahan social, rem dalam revolusi, pengecek dalam disintegrasi dalam
masyarakat local yang kadang datang dengan perubahan teknologis yang cepat.
Petani kini ingin menjadi sesuatu yang lain daripada petani. Mereka di tarik
oleh kota ke dalam pekerjaan industry. Di banyak masyarakat petani banyak orang
adalah pekerja yang tidak mempunyai tanah dan tidak bias bekerja sebagai petani
karena mereka tidak mempunyai tanah yang turun temurun yang memungkinkannya. Di
komunitas pedesaan semacam ini ada orang yang berusaha untuk menjadi petani
danorang yang ingin melarikan diri dari kehidupan petani.
Makasih banget kak, postingannya sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas :)
BalasHapus