Senin, 22 Oktober 2012

Penelitian Kualitatif Study Kasus “Warung Soto Surabaya”


oleh : M. Haiqal Arifianto
1.      Identifikasi Kasus
Ciri manusia modern salah satunya adalah cenderung dengan gaya hidup konsumtif. Dari gaya hidup yang konsumtif ini pula banyak dari segelintir orang memanfaatkannya untuk membuka usaha. Ini memang tak bisa di pungkiri, seperti yang pernah diungkapkan oleh Talcott Parson bahwa masyarakat adalah kesatuan manusia yang memiliki fungsi untuk yang lainnya. Mengacu dari yang pernah diunkapkan Parson tersebut, wajar saja ketika manusia selalu mencari celah dari yang lainnya untuk menjadi fungsi seperti
yang dilakukan para pedagang untuk keuntungan dirinya dan untuk orang lain.
Melihat dari sejarahnya perlakuan dagang sebenarnya sudah pernah dilakukan ketika manusia belum mengenal alat tukar seperti uang, yang pada dasarnya alat tukar penting dalam sebuah perlakuan dagang. Sebelum adanya uang perdagangan dilakukan menukar barang yang dimiliki seseorang untuk barang yang diinginkan atau yang dikenal dengan sistem barter. Namun setelah adanya alat tukar yang resmi terdapat pula perubahan sistem dagang. Kini perilaku dagang semakin berkembang dan banyak orang pula orang yang berminat untuk berdagang sebagai tuntutan pasar.
2.      Penyusunan Design

A.     Hakikat Warung Makan
Berkembangnya perlakuan dagang, kini aktivitas perdagangan semakin beragam. Banyak kita temukan sekarang perlakuan dagang dengan spesialisasinya masing-masing, seperti warung makan, counter pulsa, penjual alat elektronik dan sebagainya sampai kepada jasa. Dari warung makanpun banyak jenisnya masing-masing sesuai jenis makanan yang mereka jual dan sesuai khas dari daerah tertentu misalnya: warung nasi padang, warung nasi sunda, warung soto Surabaya yang akan dibahas pada study kasus ini, namun masih banyak pula aneka jenis warung makan dari daerah masing-masing.
Dari banyaknya aktivitas dagang, sekiranya saya lebih tertarik pada warung makan. Ini karena warung makan menjual makanan yang pada hakikatnya makanan adalah kebutuhan manusia utama yang sangat dibutuhkan manusia, dan ketika dilihat dilapangan warung yang menjual makanan laris dan banyak pengunjungnya. Warung makan yang beraneka ragam yang banyak di jual saya lebih tertarik pada warung soto Surabaya disekitar kampus UIN syarif hidayatullah yang ketika dilihat banyak orang yang menyukainya.

  1. Latar Belakang
Warung soto di sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah menarik untuk saya teliti. Warung itu bernama Warung soto Surabaya yang memulai usahanya pada April 2011 lalu, yang membuat saya lebih tertarik ternyata warung soto ini didirikan oleh mahasiswa yang berani untuk membuat usaha dan berkreasi dengan warung sotonya. Adalah  bernama Fandi seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah jurusan hubungan internasional yang mempunyai ide dan pendiri warung soto ini, dari situ pun banyak temannya yang siap mendukung dan membantu idenya untuk membuat usaha ini, dan dalam idenya ini tidak ada yang menetang untuk terus mengembangkannya. Dalam mengembangkan usahanya ini Fandi dibantu Aris, Mito dan ipin yang juga teman di kampusnya.
Penelitian saya terhadap warung soto Surabaya  ini bertujuan untuk mengetahui seberapa sulit dan yang harus dilakukan ketika mengembangkan usaha tersebut. Dan dari penelitian yang saya buat ini mengungkapkan rahasia sukses dari berdagang soto yang mungkin bisa ditiru orang banyak khususnya saya sendiri.
  1. Setting fisik
Warung soto ini terletak tidak jauh dari kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah lokasinya strategis dan mudah ditemukan dengan tampilan yang bisa menarik pembeli berada di jalan kertamukti. berdekatan dengan pedagang-pedagang lainnya seperti bubur ayam dan nasi goreng. Sekitar 300 meter dari pintu masuk kampus 2 ke sebelah kanan.
  1. Konteks Kasus
Wawancara yang pernah saya lakukan pada pemilik warung soto ini, dia menyatakan bahwa modal yang dia butuhkan untuk membuka usaha ini sekitar 10 juta, dan dari dana tersebut diperoleh sepenuhnya dari orang tuanya yang memberikan agar bisa berkembang yang pada akhirnya amanah dari orang tuanya tersebut benar dilaksanakan dengan giat.
Lokasi yang ditempati pemilik usaha warung soto ini tidak hanya asal dipakai, pemiliknya menyewa tempat tersebut untuk usahanya dan untuk masalah perizinan sudah terurus dengan orang yang menyewakan tempat tersebut. Tiap bulannya pemilik warung soto ini mengeluarkan biaya sebesar Rp. 500.000 untuk menyewa tempat yang di gunakannya berjualan soto Surabaya tersebut. Banyaknya konsumen yang datang ternyata karena rasa dari soto tersebut memang enak dengan kreasi yang menarik. Untuk tiap harinya warung soto Surabaya ini berpendapatan sampai Rp. 500.000. namun hasil yang diperoleh tiap harinya ini masih harus di potong dengan bahan-bahan untuk membuat soto.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat soto ini adalah bihun, kol, ayam, daging sapi, nasi, dan juga racikan bumbunya. Semuanya itu dicampurkan dalam satu mangkok yang membuat, juga dengan racikan bumbu kari yang menambah kelezatan dari rasa soto tersebut. Semuanya ini dimasak di siang hari bersama-sama temannya yang juga ikut berdangang. Dari pengalaman Fandi yang pernah ikut menjual soto dengan rekannya dulu menjadikan dia pandai membuat soto. Dia mengambil ilmunya dalam membuat soto dan mencoba mengembangkannya sendiri. Dan kini banyak yang mengakui bahwa soto buatannya ini benar enak dan kiranya patut di coba.
Warung soto ini dibuka jam 4 sore disaat soto yang dibuatnya pada siang hari siap lalu langsung pula ia menjualnya, dan di tutup sampai dagangannya itu habis. Tapi biasanya dagangannya itu habis sekitar jam 2 malam, ini karena dagangan yang dibawanya cukup banyak. Pembeli dari warung soto ini beragam, dari kalangan mahasiswa, dosen, para pekerja, sampai orang lewat yang coba membeli karena memang tampilan warung yang menarik dan tidak kalah dengan rasa sotonya yang enak. Juga ada pembeli yang menjadikan warung soto Surabaya ini sebagai favorit.
Dan strateginya untuk menarik pelanggannya tersebut yaitu dibuat senyaman dan sebersih mungkin pengunjung dengan tampilan yang beda dan menarik, juga keramahan kepada pelanggan juga menjadi strategi menarik pelanggan.
Disebelah warung soto tersebut terdapat pula penjual makanan yang juga populer dengan masyarakat yaitu penjual bubur ayam, dan penjual nasi goreng. Walaupun begitu pemilik soto tersebut tidak merasa tersaingi dengan adanya pedagang lain. Justru ini termasuk strategi dagangnya yaitu ikut berdagang di tengah keramaian yang nantinya juga berimbas positif pada dagangannya pula. Dia paham bahwa bukanlah mereka berdagang untuk bersaing, tapi terlaksananya tujuan dan terjalinnya kekerabatan diantara para pedagang. Pemilik warung soto ini yakin bahwa harga Rp. 8.000/porsi yang ditawarkan dan rasa soto yang enak ini, tidak akan kalah diminati dengan bubur ayam dan nasi goreng yang berjualan disebelahnya.
Melihat dari pemilik usaha tersebut adalah seorang mahasiswa, management yang dilakukan juga bagus dengan bergantian untuk menjaga warung ketika yang lain ada kuliah. Adapun suka duka dari usaha tersebut. Mereka sangat senang ketika pengunjungya ramai dan dagangannya habis, lalu dukanya untuk membagi waktu antara kuliah dan mempersiapkan untuk berdagang esok harinya. Namu terdapat pesan moral yang saya dapat dari penelitian ini yaitu “ semangat dalam berkarya dan mandiri dalam hidup “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar