oleh : M. Haiqal Arifianto
1. Identifikasi
Kasus
Ciri manusia modern salah satunya
adalah cenderung dengan gaya hidup konsumtif. Dari gaya hidup yang konsumtif
ini pula banyak dari segelintir orang memanfaatkannya untuk membuka usaha. Ini
memang tak bisa di pungkiri, seperti yang pernah diungkapkan oleh Talcott
Parson bahwa masyarakat adalah kesatuan manusia yang memiliki fungsi untuk yang
lainnya. Mengacu dari yang pernah diunkapkan Parson tersebut, wajar saja ketika
manusia selalu mencari celah dari yang lainnya untuk menjadi fungsi seperti
yang dilakukan para pedagang untuk keuntungan dirinya dan untuk orang lain.
Melihat dari sejarahnya perlakuan
dagang sebenarnya sudah pernah dilakukan ketika manusia belum mengenal alat
tukar seperti uang, yang pada dasarnya alat tukar penting dalam sebuah
perlakuan dagang. Sebelum adanya uang perdagangan dilakukan menukar barang yang
dimiliki seseorang untuk barang yang diinginkan atau yang dikenal dengan sistem
barter. Namun setelah adanya alat
tukar yang resmi terdapat pula perubahan sistem dagang. Kini perilaku dagang
semakin berkembang dan banyak orang pula orang yang berminat untuk berdagang
sebagai tuntutan pasar.
2. Penyusunan
Design
A. Hakikat
Warung Makan
Berkembangnya
perlakuan dagang, kini aktivitas perdagangan semakin beragam. Banyak kita
temukan sekarang perlakuan dagang dengan spesialisasinya masing-masing, seperti
warung makan, counter pulsa, penjual alat elektronik dan sebagainya sampai
kepada jasa. Dari warung makanpun banyak jenisnya masing-masing sesuai jenis
makanan yang mereka jual dan sesuai khas dari daerah tertentu misalnya: warung
nasi padang, warung nasi sunda, warung soto Surabaya yang akan dibahas pada
study kasus ini, namun masih banyak pula aneka jenis warung makan dari daerah
masing-masing.
Dari banyaknya aktivitas dagang,
sekiranya saya lebih tertarik pada warung makan. Ini karena warung makan
menjual makanan yang pada hakikatnya makanan adalah kebutuhan manusia utama
yang sangat dibutuhkan manusia, dan ketika dilihat dilapangan warung yang
menjual makanan laris dan banyak pengunjungnya. Warung makan yang beraneka
ragam yang banyak di jual saya lebih tertarik pada warung soto Surabaya
disekitar kampus UIN syarif hidayatullah yang ketika dilihat banyak orang yang
menyukainya.
- Latar Belakang
Warung soto di sekitar Kampus UIN
Syarif Hidayatullah menarik untuk saya teliti. Warung itu bernama Warung soto
Surabaya yang memulai usahanya pada April 2011 lalu, yang membuat saya lebih
tertarik ternyata warung soto ini didirikan oleh mahasiswa yang berani untuk
membuat usaha dan berkreasi dengan warung sotonya. Adalah bernama Fandi seorang mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah jurusan hubungan internasional yang mempunyai ide dan pendiri
warung soto ini, dari situ pun banyak temannya yang siap mendukung dan membantu
idenya untuk membuat usaha ini, dan dalam idenya ini tidak ada yang menetang untuk
terus mengembangkannya. Dalam mengembangkan usahanya ini Fandi dibantu Aris, Mito
dan ipin yang juga teman di kampusnya.
Penelitian saya terhadap warung
soto Surabaya ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa sulit dan yang harus dilakukan ketika mengembangkan usaha
tersebut. Dan dari penelitian yang saya buat ini mengungkapkan rahasia sukses
dari berdagang soto yang mungkin bisa ditiru orang banyak khususnya saya
sendiri.
- Setting fisik
Warung soto ini terletak tidak
jauh dari kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah lokasinya strategis dan mudah
ditemukan dengan tampilan yang bisa menarik pembeli berada di jalan kertamukti.
berdekatan dengan pedagang-pedagang lainnya seperti bubur ayam dan nasi goreng.
Sekitar 300 meter dari pintu masuk kampus 2 ke sebelah kanan.
- Konteks Kasus
Wawancara yang pernah saya
lakukan pada pemilik warung soto ini, dia menyatakan bahwa modal yang dia
butuhkan untuk membuka usaha ini sekitar 10 juta, dan dari dana tersebut
diperoleh sepenuhnya dari orang tuanya yang memberikan agar bisa berkembang
yang pada akhirnya amanah dari orang tuanya tersebut benar dilaksanakan dengan
giat.
Lokasi yang ditempati pemilik
usaha warung soto ini tidak hanya asal dipakai, pemiliknya menyewa tempat
tersebut untuk usahanya dan untuk masalah perizinan sudah terurus dengan orang
yang menyewakan tempat tersebut. Tiap bulannya pemilik warung soto ini
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 500.000 untuk menyewa tempat yang di gunakannya
berjualan soto Surabaya tersebut. Banyaknya konsumen yang datang ternyata
karena rasa dari soto tersebut memang enak dengan kreasi yang menarik. Untuk
tiap harinya warung soto Surabaya ini berpendapatan sampai Rp. 500.000. namun
hasil yang diperoleh tiap harinya ini masih harus di potong dengan bahan-bahan
untuk membuat soto.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
membuat soto ini adalah bihun, kol, ayam, daging sapi, nasi, dan juga racikan
bumbunya. Semuanya itu dicampurkan dalam satu mangkok yang membuat, juga dengan
racikan bumbu kari yang menambah kelezatan dari rasa soto tersebut. Semuanya
ini dimasak di siang hari bersama-sama temannya yang juga ikut berdangang. Dari
pengalaman Fandi yang pernah ikut menjual soto dengan rekannya dulu menjadikan
dia pandai membuat soto. Dia mengambil ilmunya dalam membuat soto dan mencoba
mengembangkannya sendiri. Dan kini banyak yang mengakui bahwa soto buatannya
ini benar enak dan kiranya patut di coba.
Warung soto ini dibuka jam 4 sore
disaat soto yang dibuatnya pada siang hari siap lalu langsung pula ia
menjualnya, dan di tutup sampai dagangannya itu habis. Tapi biasanya
dagangannya itu habis sekitar jam 2 malam, ini karena dagangan yang dibawanya
cukup banyak. Pembeli dari warung soto ini beragam, dari kalangan mahasiswa,
dosen, para pekerja, sampai orang lewat yang coba membeli karena memang
tampilan warung yang menarik dan tidak kalah dengan rasa sotonya yang enak.
Juga ada pembeli yang menjadikan warung soto Surabaya ini sebagai favorit.
Dan strateginya untuk menarik
pelanggannya tersebut yaitu dibuat senyaman dan sebersih mungkin pengunjung
dengan tampilan yang beda dan menarik, juga keramahan kepada pelanggan juga
menjadi strategi menarik pelanggan.
Disebelah warung soto tersebut
terdapat pula penjual makanan yang juga populer dengan masyarakat yaitu penjual
bubur ayam, dan penjual nasi goreng. Walaupun begitu pemilik soto tersebut
tidak merasa tersaingi dengan adanya pedagang lain. Justru ini termasuk
strategi dagangnya yaitu ikut berdagang di tengah keramaian yang nantinya juga
berimbas positif pada dagangannya pula. Dia paham bahwa bukanlah mereka
berdagang untuk bersaing, tapi terlaksananya tujuan dan terjalinnya kekerabatan
diantara para pedagang. Pemilik warung soto ini yakin bahwa harga Rp.
8.000/porsi yang ditawarkan dan rasa soto yang enak ini, tidak akan kalah
diminati dengan bubur ayam dan nasi goreng yang berjualan disebelahnya.
Melihat dari pemilik usaha
tersebut adalah seorang mahasiswa, management yang dilakukan juga bagus dengan
bergantian untuk menjaga warung ketika yang lain ada kuliah. Adapun suka duka
dari usaha tersebut. Mereka sangat senang ketika pengunjungya ramai dan
dagangannya habis, lalu dukanya untuk membagi waktu antara kuliah dan
mempersiapkan untuk berdagang esok harinya. Namu terdapat pesan moral yang saya
dapat dari penelitian ini yaitu “
semangat dalam berkarya dan mandiri dalam hidup “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar