Senin, 04 Maret 2013

Menelusur Pemikiran Max Weber


oleh : M. Haiqal Arifianto
 
MAX WEBER , AGAMA dan STRATIFIKASI
Esai-esai Weber mengenai agama-agama dunia ditempatkan dengan latar belakang ajaran-ajarannya yang luas tentang sosiologi agama yang dikemukakan Weber dalam economi and society. Penenkanan Weber yang dikutip dalam buku Anthony Giddens tentang agama-agama dunia
dengan cara apapun bukan merupakan suatu tipologi sistematis tentang agama. Dilain pihak studi itu bukan merupakan suatu karya historis murni. Studi itu tipologis dalam makna bahwa studi tersebut memikirkan apa saja yang menurut jenis, penting dalam realisasi historis dan etika-etika keagamaan. Ini penting untuk pertalian agama-agama dengan kontras yang besar dari mentalitas ekonomi. Aspek-apek lain akan dikesampingkan, penyajian ini tidak mengaku mempersembahkan suatu gambaran, yang batas-batasnya jelas digariskan, dari agama-agama dunia[1]
Hanyalah objek-objek tertentu yang mempunyai sifat-sifat keagamaan,
hanyalah pribadi orang tertentu mampu untuk mencapai keadaan-keadaan memperoleh ilham dan kesayangan dari Tuhan , yang memberkati mereka dengan kegiatan-kegiatan keagamaan
Weber setuju dengan Durkheim dalam hal penerimaan bahwa dalam jenis-jenis agama yang paling primitive adalah ungkapan-ungkapan makhluk halus yang disamaratakan dan yang tidak diwujudkan sebagai dewa-dewa, akan tetapi kendatipun demikian mempunyai sifat-sifat kekuatan kemauan jenis-jenis agama yang paling primitive tidak meliputi arti bahwa jenis-jenis itu merupakan bentuk-bentuk paling elementer dalam makna, bahwa jenis-jenis itu adalah nenek moyang evolusi dari agama-agama yang lebih rumit.
Max weber juga menambahkan kelas-kelas dalam stratifikasi social yang pernah di kemukakan pula oleh Karl Marx. Jika menurut marx stratifikasi social itu antara kelas atas (burjuis) dan kelas bawah (proletar), lalu aspek ekonomilah yang mempengaruhi keberadaannya dalam kelas. Namun Weber memperluas dari yang dijelaskan Marx yaitu stratifikasi terdiri anatara kelas atas, kelas menenganh, dan kelas bawah. Juga tidak hanya aspek ekonomi yang mempengaruhi keberadaannya dalam kelas, ada juga aspek kekuasaan dan kehormatan .

MAX WEBER , TINDAKAN SOSIAL
Tindakan social atau perilaku social adalah tindakan atau perilaku, arti dari subjektif yang terlibat berkaitan dengan pribadi orang lain atau dengan golongan lain.[2] Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan social. Rasionalitas dan peraturan yang  biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek subyektif perilaku dapat dinilai secara objektif.[3] 
Pembedaan pokok yang diberikanan weber  adalah antara tindakan rasional dan yang non-rasional. Tindakan rasional berhubungan dengan tindakan yang sadar bahwa tindakan itu dinyatakan. Adapun Weber membagi tipe-tipe tindakan social :
A.    Rasional 
Tindakan ini terjadi ketika seseorang dengan sadar  melakukan tindakan-tindakan atau perilaku. Dimana ketika seseorang melakukan sesuatu yang dilakukan dengan rasionalitasnya maka ada yang tujuan dari setiap tindakan tersebut.
1.      Rasional Instrumental.
Suatu pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang kiranya mencermikan pertimbangan individu atas efisiensi dan efektivitasnya, sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang itu dapat menentukan secara objektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada tindakan ini seseorang ketika bertindak tidak lepas dari perhitungan untung dan ruginya.
2.      Rasional berorientasi nilai.
Sifat dari tindakan ini adalah alat-alat hanya merupakan objek pertimbangan dan perhitungan yang sadar.tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai individu yang bersifat absolute. tindakan religius merupakan bentuk dasar dari rasional orientasi nilai ini.bertindak seolah-olah memperhitungkan nilai-nilai.
B.     Irasional
Tindakan ini dilakukan diluar keinginannya untuk bertindak (eksternal), ada yang hal-hal yang mempengaruhi dari tindakan yang dilakukan individu.
1.      Tradisional.
Tindakan yang dilakukan seseorang karena pengaruh dari tradisi yang biasa diikuti. dengan mengikuti cara yang dilakukan oleh terdahulunya (nenek moyang).
2.      Afektif.
tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa perencanaan yang sadar. ketika seseorang mengalami perasaan cinta, marah, sedih atau lainnya dengan cara spontan, maka sedang memperlihatkan tindakan afektif .

MAX WEBER, OTORITAS dan BENTUK ORGANISASI SOSIAL

Weber mengidentifikasi beberapa tipe yang berbeda, tetapi khususnya dia tertarik pada hubungan yang muncul dalam organisasi suatu struktur otoritas yang mapan, artinya suatu struktur dimana individu-individuyang di angkat, bertanggung jawab untuk mendukung keteraturan social itu. Otoritas adalah hak untuk mempengaruhi karena didukung oleh peraturan dan norma mendasar keteraturan social. Weber juga membagi tiga bentuk otoritas,
1.      Otoritas tradisional
Tipe otoritas ini berlandaskan pada suatu kepercayaan yang mapan terhadap tradisi zaman dahulu serta legitimasi kasus mereka yang menggunakan otoritas yang dimilikinya. Otoritas seperti ini dapat di temukan pada masyarakat desa atau yang masih primitive.
2.      Otoritas kharismatik
Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki pemimpin sebagai seorang pribadi. Weber menggambarkan pemimpin-pemimpin agama yang kharismatik dimana dasar kepemimpinan mereka adalah kepercayaan bahwa mereka memiliki suatu hubungan yang khusus dengan yang Ilahi, atau malah mewujudkan karakteristik Ilahi itu sendiri.
3.      Otoritas legal-rasional
Otoritas yang didasarkan pada komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundangkan secara resmi dan di atur secara impersonal. Seperti halnya presiden mempunyai otoritas legal rasional karena terpilih secara resmi untuk memimpin Negara.
Organisasi yang berbadan hokum didirikan berdasarkan persetujuan kontraktual mencerminkan kepentingan dari mereka yang termasuk didalamnya sesuai satu sama lain, mendasarkan dirinya pada satu landasan kekuatan atau control atas sumber langka. Namun perhatian Weber yang utama adalah landasan keteraturan social yang sah. Ini berarti keteraturan social dan pola dominasi yang berhubungan diterima sebagai yang benar. Pola domminasi mencerminkan struktur otoritas bukan struktur kekuasaan.

MAX WEBER, ETIKA PROTESTAN dan SPIRIT KAPITALISME
Max Weber menunjukkan bahwa antara etik protestan dan etos ekonomi yang dinamakan spirit kapitalisme, terhadap suatu hubungan yang menjelma menjadi kombinasi yang sangat dinamis yang menggerakkan pertumbuhan kapitalisme modern, yang mendapat bentuknya dalam kapitalisme industrial. Study Max Weber tentang etik protestan dan spirit kapitalisme jelas dilihat sebagai tonggak besar dalam kajian sosiologi ekonomi, karena study itu menunjukkan antara nilai-nilai budaya khususnya nilai-nilai agama dan pencapaian dalam usaha ekonomi terdapat suatukaitan yang bersifat kurang-lebih langsung.
Pemikiran Weber tentang etika protestan dan spirit kapitalisme, dipelajarinya intensif hubungan agrarian pada zaman antic, perdagangan di abad pertengahan dan struktur social yang mendukungnya, membangun kalangan buruh tani sebelah barat sungai Elbe. Secara holistic keyakinan umum yang melandasi tindakan keagamaan, politik, maupun perilaku ekonomi hanya merupakan varian dari yang dinamakan tindakan social, yaitu tindakan yang diarahkan kepada orang lain dan di bombing makna subyektif dari orang yang melakukannya.
Dalam ekonomi prakapitalis, ekonomi merupakan bagian langsung dari struktur social dan nilai-nilai budaya, sedangkan dalam ekonomi kapitalis pasar praktis melepaskan dan memisahkan diri daristruktur social dan nilai-nilai budaya, dan bekerja menurut mekanismenya sendiri. Moral ekonomi merupakan cirri yang menonjoldan ekonomi subsisten di Asia Tenggara. Etik protestan dalam studi Max Weber disederhanakan menjadi dua perkara utama, pertama gagasan tentang adanya panggilan, kedua tentang orang-orang yang diselamatkan kalvinis.
Menurut tafsiran Weber, Marthin Luther mengenbangkan sesuatu bahwa seseorang yang menjalankan tugasnya didunia dengan setia dan bertanggung jawab sudah mencapai taraf tinggidalam kesempurnaan moral yang didambakan setiap orang yang ingin mencapai kesempurnaan hidup. Dalam pandangannya salah satu factor penyebab hubungan diantara penghayatan nilai-nilai dan ajaran suatu agama dengan tingkah laku secara ekonomis ialah bahwa kalangan katolik masih menganut askese yang berorientasi ke akhirat, sementara kalangan protestan lebih menganut askese yang berorientasi ke dunia.
Penekanan yang diberikan Kalvin terhadap transendensi Tuhan yang penuh rahasia, menjadi dasar juga bagi ajarannya yang kemudian memainkan peran besar dalam perkembangan kapitalisme. Ajaran Kalvin dalam pandangan Weber, telah menimbulkan suatu kesepian rohani yang luar biasa dalam diri para penganutnya, karena tiap orang yang ditempatkan dalam suatu isolasi kerohanian yang luar biasa. Ajaran ini terfokus pada spekulasi-spekulasi logis yang ketat tentang Tuhan dan kebebasannya, dan hanya memberikan sedikitperhatian kepada nasib manusia.
Weber bukanlah seorang teologi, tetapi bahwa dalam perjumpaan dengan suatu perkembangan social seperti muncul kapitalisme, teologi itu Nampak telah melahirkan etik sendiri, yang tidak dimaksudkan oleh masing-masing teologi, tetapi besar peranannya terhadap perkembangan kapitalisme. Secara eksplisit Weber mengatakan semangat kapitalisme itu tidak dapat dianggap muncul sebagai hasil reformasi dalam gereja yang dibawa Luther. Sebelum reformasi sudah ada berbagai organisasi bisnis penting yang diatur secara kapitalis.


[1] Giddens .A , kapitalisme dan teori social modern, (UI-press, Jakarta)h.207
[2] Giddens .A , h.180
[3] Johnson,D.P , Teori Sosiologi Klasik Modern.,  (Jilid 1. Jakarta, 1986 Gramedia)h.220

Tidak ada komentar:

Posting Komentar