Senin, 12 November 2012

Metodologi Kebudayaan George Simmel


A.    George Simmel dan Pengembangan Sosiologi di Jerman
Perkembangan Sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri di Jerman memang dapat dikatakan terlambat jika dibandingkan dengan disiplin ilmu pengetahuan lainnya yaitu sekitar akhir abad ke-19 M. Salah satu alasan keterlambatannya adalah alasan yang bersifat politis yaitu pada waktu itu sosiologi belum diajarkan di universitas-universitas Jerman sampai dengan akhir abad ke-19 M.[1]
Menurut Frisby
seorang komentator dari karya-karya Simmel, perkembangan sosiologi di Jerman tidak dapat dilepaskan oleh tokoh yang bernama George Simmel. Bahkan kemungkinannya menurut Frisby, pengajaran sosiologi yang dilakukan di universiats-universitas Jerman dilakukan oleh George Simmel. Dugaan Frisby ini didasari dari bukti-bukti yang mengarah pada satu kesimpulan yaitu Simmel sebagai pelopor sosiologi yang paling terkemuka di Jerman. Salah satu bukti yang ditemukan Frisby adalah dari kutipan Paul Bart mengenai kekosongan kursi sosiologi di Jerman hingga tahun 1918 yang kemudian pada saat itu nama Simmel dari Universitas Berlin mencuat sebagai orang yang memberikan pengajaran sosiologi di hampir setiap semester dalam masa enam tahun terakhir.[2]
George Simmel sendiri merupakan putra asli Jerman yang lahir pada 1 Maret 1858, di kota Berlin yang kemudian ketika dewasanya Ia berperan besar terhadap perkembangan sosiologi di Jerman dengan menjadi anggota-anggota penting dalam komunitas sosiologi salah satunya adalah dengan menjadi anggota dari German Society for Sociology pada pertengahan tahun 1890-an.
Dalam pemikiran dapat dikatakan bahwa Simmel adalah seorang reformis. Dikatakan demikian karena Simmel pada dasarnya berusaha mengedepankan sebuah “konsep baru sosiologi” yang mulai digagas pada akhir tahun 1880-an. Konsep ini lahir dari kritik dan keprihatinan Simmel terhadap perkembangan dan pengaruh besar konsep sosiologi mazhab positivis dan evolusionisme di Jerman pada saat itu. Kritik dan penolakkan Simmel mendapatkan inspirasi dan dukungan dari sosiolog-sosiolog lain semisal Wilhelm Dilthey (1923: 27) yang menyebut gagasan Comte dan Mill sebagai a gigantic dream concept. Melalui kritik yang dilontarkannya  di tahun 1883, Dilthey berbicara tentang masyarakat sebagai “permainan interaksi-interaksi” atau “penjumlahan interaksi-interaksi”.[3]
Kritik terhadap positivisme dan evolusionisme yang dilontarkan Simmel pada akhirnya berhasil membentuk sebuah formulasi baru mengenai sosiologi. Karena pengaruh gurunya Fechner tentang interaksi unsur-unsur, maka kemudian Simmel dapat memahami konsep masyarakat yang di mana menurut Simmel masyarakat itu merupakan hasil dari interaksi individu-individu.[4]
Akan tetapi tak dapat dipungkiri juga walaupun Simmel dianggap sebagai oarang yang berjasa terhadap perkembangan sosiologi di Jerman namun Ia juga mengalami sedikit sikap skeptis dan apatis terhadap konsep sosiologi baru dan tujuannya untuk merintis sosiologi sebagai disiplin ilmu yang independen di Jerman. Hal ini dapat dilihat dari karya-karyanya selama 20 tahun yang banyak mengalami pasang-surut terutama antara tahun 1899-1901.[5]
Berikut adalah struktur teks sosiologi dan ekskursusnya yang sebagian diangkat dari esai-esai sebelumnya yang diurutkan oleh Frisby:
§  The Problem of Sociology (Excursus on: Problem: How is Society Possible?);
§  The Quantitative Determination of The Group;
§  Superordination and Subordination (Excursus on: Out-voting);
§  Conflict: The Secret and Secret Society (Excursus on: Adornment; Written Communication);
§  The Intersection of Social Circle; The Poor (Excursus on: The Negativity of Collective Modes of Behaviour);
§  The Self-Preservation of the Social Group (Excursus on: Hereditary Office; Social Psychology; Faithfulness and Gratitude);
§  Space and the Spatial Structures of Sociology (Excursus on: Social Boundary; Sociology of the Senses; Stranger/The Philosophy of Money);
§  The Enlargement of The Group and the Development of Individuality (Excursus on: Nobility: the Analogy between Individual-Psychological and Sociological Circumstances).[6]
B. Sosiologi Sebagai Disiplin Khusus dan Independen
Pemikiran sosiologi Simmel merupakan tanggapan atau kritik terhadap dua konsepsi individu dan masyarakat yang terlalu ekstremis (A.B. Widyanta, 2002:82). Dua konsepsi yang dimaksudkan ini adalah kelompok-kelompok yang terlalu menekankan dua kutub konsep yang berbeda.
Kelompok pertama, misalnya, yang disinyalir sebagai pendukung konsepsi individu. Mereka ini sangat percaya bahwa yang nyata untuk dijadikan objek penelitian hanyalah individu-individu yang ada di dalam  masyarakat. Pandangan ini sekaligus menegaskan bahwa masyarakat hanyalah konsep abstrak yang tidak jelas keberadaannya. Karena itu, agak rancu untuk dijadikan objek penelitian.
Sementara kelompok yang kedua, mereka melihat masyarakat memiliki eksistensi yang otonom dan mengatasi individu. “...hanya masyarakat yang nyata, sedangkan individu hanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sehingga ia terbatasi oleh masyarakat” (A.B. Widyanta 2002:82).
Dua konsepsi ini, menurut Simmel, telah membingungkan sosiologi. Bahkan lebih jauh, dia mengatakan, bahwa dua konsepsi ini mengarahkan kepada ketersesatan dalam memahami sosiologi.
Simmel mengidentifikasi yang mungkin tidak terjebak dengan dua konsep di atas. Dia mengakui bahwa masyarakat sendiri memang sesuatu yang abstrak. Yang real di dalamnya adalah aktivitas-aktivitas individu yang kemudian membentuk masyarakat. Karena itu, Simmel tidak membicarakan konsep sosiologi yang abstrak itu, ia lebih tertarik melihat unsur-unsur di dalamnya, yakni “hubungan dinamis resiprokal” yang lebih obyektif.
Di sinilah Simmel membuat konsep yang lebih substansial yakni “sosiasi”. Secara harfiah, bahasa yang diterjemahkan dari bahasa Jerman Vergesellschaftung, berarti proses dimana masyarakat itu terjadi. Simmel sendiri lebih suka mendefinisikan “sosiasi” sebagai “...bentuk dan isi dari suatu interaksi psikologis individu-individu”. (h.88).
C. Metodologi sosiologi Simmel
1.      Metodologi dan cara pandang
Dalam tradisi sosiologi, berbagai aliran pemikiran selalu dituntut kejelasan metode yang digunakan. Kesahihan suatu teori teruji dalam terang metodologinya. Sebaliknya, sosiologi simmel dianggap bermasalah karena persoalan metodologi yang tidak transparan. Mayntz mengungkapkan suatu kontribusi Simmel yang sangat penting untuk sosiologi adalah ketika metodologinya memberikan status independen pada sosiologi sebagai disiplin yang khusus. Bukan pada studi komperensif pada keseluruhan fakta sosial, karena fakta sosial itu hanya menjadi label untuk kehidupan manusia dan produk-produknya.
Soiologi simelian menetapkan objek khusus dari kognisi melalui pemisahan secara analisis aspek interaksi dari seluruh realitas sosial. Obyek formal menjadi basis metode sosiologi simmel. Berbeda dengan metode yang cenderung kaku, konsepsi dan cara pandang lebih mencirikan watak alat yang lentur, toleran, tanpa batas yang ketat membelegu.
2.      Abstraksi, prosedur induktif, dan mikro-makro sosiologi
Sosiologi simmel mengangkat interaksi sosial sebagi obyek khusus. Melalui abstraksi memisahkan bentuk dari isi interaksi sosial. Baginya mekanisme abstraksi merupakan proses penempatan sosialitas interaksi dalam kesadaran. Sosiologinya didasarkan pada prosedur induktif bukan deduktif.
Simmel memberlakukan prosedur induktif dengan asumsi bahwa pola interaksi fundamental diantara individu adalah bentuk formasi sosial yang lebih besar. Dalam pemikiran sosiologi modern, perimbangan pendekatan sosiologi mikro-makro berfungsi sebagai dasar persepektif relationism.
3.      Signifikansi How is Society Possible?
Salah satu karya yang dianggap menjawab metodologi Simmel berjudul “how is society possible?”. Pada intinya, karya ini memuat gagasannya tentang aprioritas sosiologis atau lebih tepatnya apriori bentuk-bentuk sosiasi. (h. 104)


D. Menggerindra Sosiologi Kebudayaan Simmel
Bebearapa gagasan simmel diatas adalah unsur-unsur pokok yang harus dipertimbangkan dalam memahami sosiologi kebudayaan simmel. Disana terdapat kesepahaman baik dari Mayntz,Coser,Levine,Lichblau dan Frisby yang menggangap bahwa unsur-unsur pokok yang memuat konsep-konsep dasar dari perspektif sosiologi kontemporer seperti: fenomenologi, hermeneutik, interaksionisme seimbolik dan terutama kebudayaan. yang disumbangkan dari pemikiran simmel.
Lukasc menanggap filsafat uang sebagai karya sosiologi simmel yang penting. Lukasc menunjuk dua karya yang dianggap signifikan untuk sosiologi kebudayaan, yakni gemeinschaft dan gesselschaf dari tonnis dan philosophie des geldes dari simmel. Yang dijadikan artikel oleh lukasc tentang sifat dasar dan metode sosiologi. Lukasc menepatkan sosiologi sebagai suatu bentuk yang memberikan kesan kesetiaanya terhadap sikap dan posisi simmel. Lukasc menetapkan secara terang-terangan sosiologi simmel sebagai landasan bagi pengembangan sosiologi kebudayaan dan menerima konsep sosiologi sebagai suatu kerangka kajian dan bukan isi. Bahkan, teori alienasi yang terkandung dalam karya simmel sangat berpengaruh pada konsep reifikasi dalam teori kebudayaan lukasc mapun sosiologi pengetahuan Mannheim. Banyak orang yang menganggap teori alienasi simmel tersebut sama dengan teori alienasi Marx, namun dorongan utama dari argument simmel berbeda dengan materialism historis marx. Interaksi mutual antara ekonomi dan dunia intelektual, pemeliharaan otonomi relatif atas dunia psikologis, maupun prakondisi-prakondisi metafisis ini menunjukan upaya metodelogis simmel untuk sampai pada pengertian materialism historis seorang Marxis kontemporer. 
Swingewood mengatakan bahwa dari seluruh sosiologi klasik, Georg simmel adalah satu-satunya orang yang menjadikan persoalan kebudayaan modern  sebagai focus studi sosiologisnya. Modernitas yang diteorisasikan simmel kedalam terminologi antara perkembangan pesat dari ilmu, tekhnologi pengetahuan obyektif dan erosi budaya subyektif atau personal. Sumber utama (ultimate source) dari seluruh proses sosial atau kehidupan budaya bukan produksi material atau kondisi ekonomi tetapi metafisis.
Mayntz menegaskan bahwa simmel membahas proses perkembangan kepribadian individu, pertalian teori filsafat dan sosiologi simmel terjadi. Pemahaman bahwa relasi realisasi perkembangan kepribadian individu terancam oleh tragedy kebudayaan merupakan hasil analisisnya atas proses diferensiasi sosial dan perluasakn keolompok-kelompok sosial dan secara kuat didukung oleh pertumbuhan ekonomi uang. Simmel sendiri terkait keutuhan cara pandang itu, berulang kali mengatakan, setiap ilmu yang terspesialisasi secara terperinci mempunyai batas atas dan batas bawah. Disatu sisi epistemologi ilmu yang terspesialisasi dengan berdasar pada asumsi-asumsi a priori dan disisi lain adalah metafisis.
Berbagai karya simmel secara logis dapat diletakan didalam dan diluar sifat pengetahuan dalam suatu disiplin yang terspesialisasikan itu. Penjelasan simmel atas makna hidup dan isi-isi yang utama dari nilai-nilai pokok yang mendasari merupakan wujud keutuhan cara pandanganya. Melalui jalan inilah simmel mampu mencapai aspek-aspek yang penting maupun keluasan dimensi sosiologi kebudayaan


[1] A.B. Widyanta, Problem Modernitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayaan George Simmel (Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2002) hal, 76.
[2] Ibid, hal. 76.
[3] A.B. Widyanta, Problem Modernitas dalam Kerangka Sosiologi Kebudayaan George Simmel, hal. 77-78.
[4] Ibid, hal. 78.
[5] Ibid, hal. 79.
[6] Ibid, hal. 80-81.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar